Rabu, 29 Agustus 2012

Sholeh dan Cerdas Sejak dalam Rahim

Bunda Hamil
Memiliki anak yang cerdas dan sholeh pasti merupakan dambaan setiap orang tua. Harapan itu bukanlah suatu hal yang mustahil apabila dipersiapkan sejak dini. Bukan berarti harus menunggu punya anak terlebih dahulu untuk mempersiapkan semua itu, tetapi bisa dipersiapkan sejak anak masih di dalam kandungan, ataupun bahkan sejak orang tua belum menikah pun juga sudah bisa mempersiapkan.

Siapa yang tidak bangga apabila memiliki anak yang berprestasi di sekolah? Siapa yang tidak bangga apabila anak-anaknya memiliki bakat dan karya yang bermanfaat? Siapa yang tidak merasa bahagia memiliki anak-anak yang sholeh? Siapa pun itu, bagaimana pun kondisi sosial dan ekonomi seseorang, pasti menginginkan anak-anaknya pintar, sukses, dan berakhlak baik. Memiliki anak yang cerdas dan pintar bukanlah suatu hal yang gampang.

Bagaimana memilihkan sekolah yang terbaik untuknya, menjaga makanan yang masuk ke dalam perutnya, mengontrol jam belajar dan rutinitas sehari-harinya, memberi les tambahan seperti les bahasa di luar jam sekolahnya, dll. Setiap orang tua berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan masing-masing. Namun, tahukah kita, sebenarnya pendidikan anak bisa dimulai sejak anak dalam kandungan? Tentu saja bukan seperti orang dewasa dengan mengajari membaca atau berhitung kepada si janin. Tapi bayi di dalam kandungan dapat mendengar bunyi-bunyi tertentu sambil mengalami sensasi tertentu.
Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ‘tepuk’, anak dalam kandungan mendengar bunyi ‘t-e-p-u- dan k’, karena pada saat yang bersamaan si ibu menepuk perutnya.

Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan praverbal. Otak adalah suatu organ yang komponen lemaknya ± 60%. Pada masa perkembangan janin dalam kandungan, otak mengambil 70% dari total energi ibu. Selama dalam kandungan sampai dengan bayi lahir untuk perkembangan otak dan saraf yang optimal dibutuhkan asam lemak esensial yang spesifik misalkan decosahexanoic Acid (DHA) yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids). Perlu diketahui bahwa perkembangan otak manusia dimulai dalam kandungan dan perkembangannya menjadi lambat setelah usia 3 tahun, jadi DHA penting pada fase ini.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Ketika umur kandungan telah mencapai lima bulan, maka instrumen indra anak dalam kandungan sudah potensial menerima stimulasi dan sensasi dari luar rahim, seperti indra peraba bayi sudah bisa merasakan sentuhan dan rabaan orang tuanya, indra pendengaran bayi sudah mampu mendengar, misalnya suara khas ibunya, dan indra penglihatan bayi sudah mampu melihat sinar terang dan gelap di luar rahim.

Dengan latihan pendidikan pralahir berarti memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. Selain itu, latihan-latihan edukatif pralahir membantu bayi lebih efektif dan efisien dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan. Para peneliti telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir. Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun.

Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi. Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan (anak pralahir) merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik. Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (proses nuthfah). Artinya, seorang yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian baik (saleh/salehah), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu. Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan hubungan biologis secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah agar perbuatannya tidak diganggu setan dan sia-sia.

Selain itu, menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai seorang anak yang shaleh. Rasulullah bersabda: “Manakala seseorang di antara kalian sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan ‘Bismillaahi, Allohumma janibnaasy syaithoona wa jannibi syaithoona maa rozaqtanaa’ (dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan setan dan hindarkan pula anak yang akan Engkau anugrahkan kepada kami dari gangguan setan), kemudian dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya setan tidak akan mengganggunya.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

Subhanalloh, Rasulullah sendiri yang mengatakan bahwa seorang anak yang lahir dengan awal yang baik maka selamanya tidak akan diganggu setan. Tidakkah kita terpesona dengan kalimat-kalimat di atas? Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon, Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur`an surat Maryam (19) ayat 10-11.

Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12-15 masih dalam surat yang sama.

Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah. Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju bahtera rumah tangga tersebut. “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu).

Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata, ‘Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur’.” (Al-A’raaf : 189) “Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”.” (QS. Al-A’raaf: 172).

Pernyataan ini harus terus melekat dalam cita-cita hidup dan kehidupan setiap manusia, mulai sejak alam rahim (alam kandungan ibu), di dalam alam dunia, dan sampai alam akhirat. Sebagai orang tua yang memegang prinsip ajaran Islam, sebaiknya ia dapat memformulasikan keyakinannya itu dalam kehidupan anak-anaknya kelak. Hal mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh kebiasaan-kebiasaan beribadah bagi anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungannya.

Untuk mencapai sifat-sifat kesempurnaan akhlak ini hendaklah orang tuanya memberikan contoh-contoh positif bagi anak-anaknya termasuk anak yang masih dalam kandungannya. Contoh keteladanan orang tua kepada anak yang masih dalam kandungan hanya memberikan sensasi-sensasi positif, dengan lembut penuh kasih sayang yang berorentasi kepada akhlak, seperti berbicara sopan, penuh rasa hormat, dan kasih sayang, mengharapkan anak-anak dalam kandungan responsif dan mengulang-ngulang latihan/sensasi tersebut, dengan rasa tenang dan senang.

Dengan membiasakan langkah-langkah sederhana dalam berbagai materi yang dapat memberikan sensasi atau stimulasi di mana si Bayi didalam kandungan dapat menjawab atau meresponsnya, diharapkan si anak kelak dapat lebih banyak menerima dan meningkatkan minat dan keterampilan pada hal-hal yang baru. Keadaan tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan daya kecerdasan otak dan sensitif terhadap suasana ilmiah si anak pralahir.

Referensi: Abdurrahman, Jamal. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam

[+/-] R E A D....M O R E.....

Malaikat Yang Menangis (Kisah Nyata)

Suatu ketika saat istirahat makan siang di Kantor, kebetulan Kantor Saya di daerah yang lumayan 'minus'. Kalau teman-teman yang bekerja di Jakarta mungkin tahu daerah Stasiun Kota bagaimana kondisinya. Banyak pengemis, gelandangan dan orang-orang yang tingkat kehidupannya (maaf) dibawah kesejahteraan.

Sebelum nyari makan, Saya membeli rokok terlebih dahudulu  suapaya setelah makan tidak bingung nyari rokok. Saya nyalain satu batang. Sambil ngerokok Saya berjalan untuk mencari tempat yang enak buat duduk dan makan, sampai akhirnya Saya menemukan sebuah tempat yang menurut Saya enak dan teduh untuk tempat makan,Saya celingukan soalnya semua tempat duduk sudah dipakai orang-orang. Di sela-sela celingukan Saya, ada seorang Bapak tua menyapa Saya: "Silakan pak, disini aja duduk sama saya," katanya.

Saya mengiyakan  saja, meskipun sedikit panas namun cuma tempat itu saja yang masih kosong.
Saya perhatiin bapak itu, orangnya suda tua sekali, kurus, giginya suda ompong, rambutnya sudah putih semua, membawa tas besar dan bungkusan plastik (kresek) yang isinya plastik-plastik. Saya tidak sempat ambil gambar, tidak tidak sopan juga kalau Saya ambil gambar, nanti dikira apaan. Dimulailah obrolan Saya sama Bapak itu.

Saya : A
Bapak: B

A: lagi nunggu apa pak?
B: Tidak mas, ini cuma duduk-duduk saja abis cari sampah seharian.. capek..

A: Jalan dari jam brapa pak?
B: Dari pagi mas, suda lumayan banyak dapetnya ini..

A: oohhh... Obrolan sempat berhenti sebentar, Saya menikmati rokok, Bapaknya ngerapiin plastik-plastiknya.. Sampe pada akhirnya Saya melihat si Bapak pijet-pijet kepalanya sambil menghela nafas panjang..

A: Pusing ya pak? siang-siang panas seperti ini memang bikin pusing..
B: (ketawa kecil) iya mas.. agak pusing kepala Saya..

A: Bapak ngerokok? ini kalau bapak mau.. (sambil Saya sodorin rokok Saya yang tinggal sebatang) B: Tidak Mas makasih, saya nggak ngerokok.. sayang uangnya, mending untuk makan daripada beli rokok.. lagian tidak bagus juga buat badan. Dalem hati Saya rada tertohok juga..

A: iya juga sih pak.. (nginjek rokok Saya) Abis itu Saya denger suara perut.. *kruuuuukk* gitu.. Saya spontan menoleh ke arah si Bapak.

A: Bapak belum makan pak?
B: (senyum) belum Mas, nanti mungkin..

A: wah, nanti tambah pusing Pak?
B: Iya Mas, Saya sudah biasa kok..tidak  lama kemudian, terdengar lagi bunyi perutnya..

A: Bapak beneran tidak mau makan Pak?
B: iya Mas, nanti aja... Saya suda ngerasa kalau Bapak ini bukannya tidak mau makan,tapi beliau tidak punya uang untuk makan.

A: Sebentar ya Pak, Saya ke warung dulu pesan makan.
B: Oh.. iya mas, silakan.. Saya nyamperin tukang nasi padang terdekat, Saya pesen buat Saya sendiri dan Saya inisiatif beliin nasi dan ayam untuk si Bapak. Selesai pesan, Saya bawa itu nasi dua piring ke tempat duduk tadi, terus duduk.. Saya mau langsung ngasih tapi kok Saya takut kalo Bapaknya salah tangkep atau tersinggung, jadi Saya akting sedikit.. Saya pura-pura dapat telepon dari temen Saya

A: (pura2 telepon) yaaah? Tidak jadi kesini? Suda Saya beliin nih... ooohh.. gitu... ya sudah deh tidak apa-apa.. *belaga tutup telpon*
A: wah payah nih temen saya, suda dibelikan makanan ternyata tidak jadi.
B: (senyum) ya ga papa mas,dibungkus aja nanti bisa dimakan sore.

A: wah, keburu basi Pak kalau nanti sore.. dimakan sekarang pasti tidak abis.. gimana ya? mmmm... Bapak kan belum makan siang,ini makanan daripada sayang ga ada yang makan gimana kalo bapak aja yang makan pak? nemenin saya makan sekalian pak..
B: waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya.. tepat dugaan Saya, dalem ati..

A: gapapa pak, makan aja.. saya bayarin dah! saya lagi ulang taun hari ini..(bo'ong)
B: wah.. beneran ga papa mas? saya malu..

A: lho? ngapain malu pak? udah bapak makan aja..
B: iya mas, selamat ulang tahun ya mas..

 A: iya pak.. bapak mau mesen minum sekalian nggak? saya mau pesen..
B: nggak mas.. nggak usah.. Saya manggil tukang minuman, Saya mesen 2 es teh manis..

B: lho mas? saya nggak pesen..

A: iya pak, saya beli dua.. haus banget soalnya..(Saya bo'ong lagi gan) Tanpa gw duga gan, si bapak netes aermatanya.. beliau ngucap syukur berkali kali.. beliau ngomong ke Saya..
B: mas, saya makasih sudah dibelikan makanan.. saya belum makan dari kemarin sebetulnya. cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis.. saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah.. Saya tertegun denger omongan beliau gan, ga sadar Saya ikut ngerasa perih banget dalem ati.. nyesek banget dalem ati Saya, Saya secara ga sadar hampir netesin air mata.. tapi Saya berlagak cool..

A: yauda, bapak makan aja nasinya.. nanti kalau kurang saya pesankan lagi ya pak? jangan malu-malu..
B: (masi nangis) iya mas.. makasih banyak ya mas.. nanti yang diatas yang bales..

 A: iya pak makasi doanya..

Akhirnya Saya makan berdua ama beliau,sambil cerita-cerita.. dari cerita beliau Saya tau kalo beliau punya dua anak, yang atu uda meninggal karena kecelakaan. yang atunya uda pergi dari rumah ga pulang-pulang udah 3 tahun. istri beliau uda meninggal kena kanker tahun lalu. dan parahnya lagi rumahnya diambil ama orang kredit gara-gara ga bisa ngelunasin uang pinjaman buat ngobatin istrinya..

 Miris banget Saya dengerin cerita beliau gan, sebatang kara, ga punya rumah, anaknya durhaka, jarang makan.. malah beliau crita pernah dipalak preman waktu mulung di jakarta.. Rasanya Saya beruntung banget ama kondisi Saya sekarang, Saya nyesel pernah ngeluh tentang kerjaan Saya, tentang kondisi kosan Saya, dsb.. sedangkan bapak ini dengan kondisi yang serba kekurangan masih selalu tersenyum.. rasanya sepiring nasi padang dan segelas es teh yang Saya kasi ga setimpal banget ama pelajaran yang Saya dapet.. tadi Saya belum ambil uang, jadi Saya cuma ngasi seadanya kembalian dari warung padang ke bapak itu,itupun pake eyel2an dulu ma bapaknya soalnya beliau ga mau dikasi uang. tapi akhirnya dengan sedikit maksa Saya kasi uang ke beliau. Saya didoain banyak banget ama bapak tadi..

Dan ada satu hal yang bikin Saya tercengang waktu mau ninggalin tempat tadi.. sambil jalan Saya noleh ke belakang, si bapak udah ga ada.. Saya cariin bentar,ternyata si bapak ada di depan kotak amal masjid masukin duit ke dalem kotakan itu! gw makin tersentuh ma beliau.. di tengah-tengah kesulitan yang beliau alami, beliau masi sempet amal! berbagi dengan orang lain.. Saya mewek gan.. Saya ngerasa kecil banget sebagai manusia.. Saya ngerasa ditunjukin sesuatu yang bener-bener hebat! Saya berdoa semoga bapak itu dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan ^_^

[+/-] R E A D....M O R E.....

Selasa, 28 Agustus 2012

Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Agama Islam

Kecerdasan emotional (emotional Intelegence) berbeda dengan kecerdasan intelektual (intelegent Intelegence). Penelitian tentang kecerdasan intelektual telah berumur seratus tahun dan dilakukan terhadap ratusan ribu orang, sedangkan kecerdasan emosional merupakan konsep baru yang sampai sekarang belum ada yang dapat mengemukakan secara tepat sejauh mana variasi yang ditimbulkannya dalam perjalanan hidup seseorang. Akan tetapi data yang ada mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional dapat sama ampuhnya bahkan terkadang lebih ampuh dari kecerdasan intelektual.

Goleman (2006:44) menyatakan bahwa setinggi-tingginya kecerdasan intelektual menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses individu dalam hidup. Sedangkan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain termasuk diantaranya kecerdasan emosional. Mengenai kecerdasan intelektual ada yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual tidak dapat banyak diubah oleh pengalaman dan pendidikan. Kecerdasan intelektual cenderung bawaan sehingga kita tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkannya. Sementara itu kecerdasan emosional dapat dilatih, dipelajari dan dikembangkan pada masa kanak-kanak, sehingga masih ada peluang untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkannya untuk memberikan sumbangan bagi sukses hidup seseorang.

Konsep kecerdasan emosional memang masih relatif baru, oleh karena itu belum dikenal sebagaimana kita mengenal hebatnya kecerdasan intelektual, juga belum banyak dikembangkan oleh dunia pendidikan. Sehingga konsep-konsep dan praktek pendidikan yang berlangsung masih cenderung mengedepankan kecerdasan intelektual. Stigma anak cerdas diberikan kepada mereka yang memiliki nilai rapor tinggi, ranking 10 besar di kelas ataupun nilai UAN yang tinggi. Walaupun di satu sisi di kelas mereka termasuk anak yang mau menang sendiri, tidak dapat bergaul dengan teman ataupun suka menyediri. Tidak ada label cerdas bagi anak yang suka bergaul, perhatian dengan teman dan suka menolong tetapi memiliki angka rapor yang rendah. Padahal untuk mencapai
keberhasilan hidup tidak cukup hanya dengan bekal cerdas secara intelektual tetapi rendah dalam kecerdasan emosional.

[+/-] R E A D....M O R E.....

Minggu, 26 Agustus 2012

Artikel

#Kisah Setangkai Bunga Lily
#Kisah Ikan Yang Kelaparan
#Kisah Dua Benih
#Kisah Mimpi Yang Bodoh
#Kisah Mungkin Ya, Mungkin Tidak
#Kisah Tukang Kayu
#Kisah Segelas Susu

[+/-] R E A D....M O R E.....